Spondilosis servikal kerap dianggap sebagai masalah kesehatan karena faktor penuaan. Di mana semakin tua usia seseorang, kelenturan otot leher menjadi berkurang drastis sehingga rentan menimbulkan kerusakan hingga bagian bantalannya. Namun nyatanya, faktor risiko dari spondilosis servikal tidak melulu soal umur.
Profesi atau pekerjaan Anda pun bisa menjadi faktor risiko tersembunyi dari masalah kesehatan yang satu ini. Beberapa pekerjaan akan membuat otot dan bantalan leher lebih mudah aus dan terluka. Alhasil, gejala-gejala spondilosis servikal, seperti sakit kepala dan kesemutan di anggota gerak tubuh, lebih rentan Anda rasakan.
Sebenarnya, profesi atau pekerjaan apa saja yang meningkatkan risiko seseorang terkena spondilitis servikal? Berikut ini beberapa contekannya.
Atlet
Bergerak aktif memang menjadi kunci untuk mengurangi tingkat risiko terkena spondilosis servikal. Namun, jangan pernah berpikir bahwa menjadi atlet bisa mencegah Anda terkena penyakit yang berhubungan dengan saraf tulang belakang ini. Profesi atlet nyatanya meningkatkan risiko Anda terkena spondilosis servikal. Ini khususnya mengarah pada atlet-atlet yang berisiko mengalami cedera leher, seperti atlet angkat beban ataupun lompat tinggi.
Tukang Bangunan
Berprofesi sebagai tukang bangunan mengharuskan Anda mengangkat beban setiap hari. Tidak jarang, beban yang Anda angkat sebagai tanggung jawab pekerjaan tersebut melebihi kapasitas kemampuan Anda. Tidak jarang pula, kondisi ini berpotensi membuat tulang leher Anda terbebani dan rentan mengalami cedera yang merusak bantalan leher. Apabila hal itu terjadi, besar kemungkinan Anda akan menderita spondilosis servikal lebih cepat daripada seharusnya.
Sekretaris
Mungkin yang terbayang bekerja sebagai seorang sekretaris adalah duduk manis di meja kerja sambil sesering mungkin mengecek layar komputer. Apakah hal ini terlihat keren? Nyatanya, terus-menerus menatap layar akan membuat otot leher menegang dan mudah mengalami cedera. Kondisi inilah yang akhirnya meningkatkan risiko terkena spondilosis servikal. Bagi Anda yang sehari-hari juga bekerja dengan menatap layar komputer terus-menerus, disarankan untuk meregangkan otot leher tiap 30 menit guna meminimalkan risiko spondilosis servikal.
Pelukis
Melukis objek bukanlah pekerjaan yang mudah dan bisa dengan cepat dilakukan. Sering terjadi, pelukis memerlukan waktu hingga berjam-jam untuk menggambar suatu objek agar tersaji indah pada kanvasnya. Tanpa disadari, pada jangka waktu yang lumayan panjang tersebut, kepala dan pandangannya terus mengarah ke kanvas dan geraknya menjadi sangat minim. Kondisi tersebut membuat leher menjadi kaku dan bantalan leher akan lebih mudah mengalami aus yang dikenal sebagai istilah spondilosis servikal.
Sopir Truk
Ada beberapa penyebab yang membuat orang dengan profesi yang satu ini memiliki tingkat risiko lebih tinggi mengalami spondilosis servikal. Pertama, sopir truk cenderung duduk dalam jangka panjang untuk menyetir sehingga otot leher rentan menjadi kaku dan bantalan lebih mudah aus. Kedua, profesi sebagai sopir truk akan membuat seseorang mengalami getaran kuat di bagian leher hingga pundak sehingga meningkatkan risiko cedera pada bagian tubuh yang satu itu.
Laboran Analis
Bekerja di laboratorium atau sering disebut sebagai laboran ternyata juga rentan mengalami spondilosis servikal. Tingkat risiko tertinggi ada pada laboran analis yang umumnya meneliti sampel lewat alat-alat yang membuat kepala harus terus menunduk. Posisi menunduk memberi beban yang lebih berat bagi leher. Jika dilakukan berulang kali dalam sehari, Anda pun akan sangat mudah mengalami cedera leher sehingga membuat risiko spondilosis servikal semakin terlihat di depan mata.
No comments: