Mengenal Penyekat Reseptor Angiotensin II

 


Penghambat reseptor angiotensin II (ARB) adalah obat yang biasanya digunakan untuk merawat tekanna darah tinggi, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronis (CKD). Obat ini juga dapat diresepkan setelah seseorang mengalami serangan jantung. Dokter dapat menyarankan perawatan menggunakan ARB alih-alih ACE inhibitor. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), tekanan darah tinggi memengaruhi 1 dari 3 orang dewasa di Amerika. Dan hanya 54 persen dari angka tersebut memiliki hipertensi yang terkontrol. Apabila tekanan darah Anda terus tinggi, kondisi ini dapat merusak jantung dan mengakibatkan gangguan masalah jantung. ARB dapat membantu mengontrol tekanan darah tersebut.


Bagaimana ARB bekerja?

Pembuluh darah memasok darah dan oksigen ke jantung. Pasokan yang terus menerus tersebut membantu jantung untuk tetap terus berfungsi. Angiotensin II adalah hormon yang dibuat oleh tubuh manusia, dan hormon tersebut dapat mengencangkan otot pembuluh darah. Angiotensin II juga dapat menyebbakan retensi garam dan air di dalam tubuh. Peningkatan garam pada tubuh dan penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan tekanan darah meninggi. Tekanan darah tinggi ini dapat merusak pembuluh darah. Baik ARB dan ACE inhibitor bertindak pada angiotensin II. ACE inhibitor membantasi pembentukan angiotensin II, sementara ARB menghambat beberapa reseptor angiotensin II tertentu. Reseptor tersebut, yang dikenal dengan nama reseptor AT1, ditemukan di jantung, pembuluh darah, dan ginjal. Saat pembuluh darah mengencang, pembuluhuh darah juga akan menyempit. Ini menyebabkan darah berada pada tekanan yang lebih besar karena dipaksa untuk bergerak melewati ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan biasanya. Saat ARB menghambat angiotensin II, hal ini mengurangi kekencangan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa diturunkan.

Obat-obatan dengan nama berakhiran “sartan” adalah ARB. Yang paling umum dijumpai di antaranya adalah azilsartan, candesartan, eprosartan mesylate, olmesartan, Irbesartan, losartan potassium, telmisartan, valsartan. ARB dapat dikombinasikan dengan obat lain seperti hydrochlorthiazide, yang mana merupakan obat diuretic yang membuat Anda buang air kecil lebih sering. Diuretik juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Semua jenis ARB dapat digunakan untuk merawat tekanan darah tinggi. Akan tetapi, ARB tertentu dapat direkomendasikan untuk kondisi medis lain, misalnya valsartan disarankan untuk kegagalan jantung setelah serangan jantung; dan losartan untuk gagal jantung, kerusakan ginjal yang berhubungan dengan diabetes, serta pencegahan stroke.

Anda akan mendapatkan resep ARB apabila Anda menderita serangan jantung, penyakit ginjal, penyakit arteri koroner, obesitas perut, tekanan darah tinggi yang tidak merespon terhadap ACE inhibitor, dan memiliki efek samping yang tidak nyaman akibat penggunaan ACE inhibitor. Kebanyakan orang minum ARB satu kali sehari setiap pagi. Namun, dokter dapat meresepkan dosis dua kali sehari. Beberapa orang mengalami batuk kronis apabila mereka meminum ACE inhibitor. Namun, ARB biasanya tidak menyebabkan efek samping tersebut.


Adakah efek sampingnya?

Efek samping penyekat reseptor angiotensin II di antaranya adalah punsing, pingsan, kelelahan, gejala pernapasan, muntah dan diare, sakit punggung, kaki yang membengkak, dan level potassium yang tinggi. Dalam kasus yang jarang ditemui, ARB dapat menyebabkan reaksi alergi, kegagalan hati, kegagalan ginjal, angioedema, menurunnya jumlah sel darah putih, dan detak jantung yang tidak teratur yang disebabkan oleh level potassium darah yang tinggi. Beberapa obat juga tidak dapat dikonsumsi bersama ARB. Hindari mengonsumsi ARB dan ACE inhibitor dalam waktu yang sama karena hal tersebut dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah, kerusakan ginjal, dan level potassium yang tinggi.

Mengenal Penyekat Reseptor Angiotensin II Mengenal Penyekat Reseptor Angiotensin II Reviewed by SehatQ on November 15, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.