Peritoneography merupakan prosedur medis dimana prosedur tersebut melibatkan CT scan untuk memeriksa bagian perut dan pinggul pasien. Prosedur ini perlu dilakukan setelah pasien melakukan cuci darah peritoneal, untuk mengetahui apakah pasien mengalami komplikasi pada tubuh.
Cuci darah atau dialisis merupakan prosedur medis lain yang perlu dijalani pasien untuk membuang air, garam, dan zat sisa berbahaya dalam jumlah yang lebih dalam darah. Prosedur ini perlu dilakukan jika ginjal pasien tidak bekerja dengan baik.
Pasien yang ingin melakukan cuci darah, bisa melalui cuci darah peritoneal, dan cara tersebut melibatkan jaringan tubuh pasien yang digunakan untuk menyaring darah.
Prosedur medis yang juga disebut sebagai CT peritoneography bisa dilakukan pasien setelah dokter memasukkan campuran zat pewarna kontras dan zat yang digunakan pada cuci darah berupa dialisat.
Setelah campuran zat pewarna kontras dan cairan dialisat dimasukkan ke dalam tubuh pasien, dokter dapat melakukan pencitraan. Zat pewarna kontras digunakan untuk mengetahui apakah cairan di dalam menempuk atau tidak, dan menentukan pelekatan dari penyebaran cairan dialisat yang tidak teratur dalam tubuh pasien.
Tidak hanya itu, pemeriksaan tersebut juga dapat menentukan letak kebocoran cairan dialisat pasien, serta membedakan kebocoran cairan tersebut dengan cairan yang bocor yang berasal dari hernia.
Mengapa Perlu Menjalani Prosedur Peritoneography?
Prosedur peritoneography bisa dilakukan pasien
yang mengalami kondisi sebagai berikut pada tubuh:
-
Kebocoran cairan yang berasal dari
punggung atau panggul.
-
Bengkak di bagian dinding perut.
-
Jaringan lunak di bagian organ
genital.
-
Hernia atau penonjolan di bagian
perut.
-
Pertukaran cairan cuci darah.
- Gangguan pada penyaringan cuci darah.
Prosedur Peritoneography
Pasien yang ingin menjalani prosedur peritoneography perlu mengeluarkan seluruh cairan dialisat pada rongga perut.
Setelah
mengeluarkan cairan dari dalam tubuh, pasien dapat mengikuti prosedur peritoneography. Langkah-langkah untuk
melakukan peritoneography adalah
sebagai berikut:
-
Dokter akan mencampurkan zat
pewarna kontras dengan cairan dialisat. Setelah itu, dokter memasukkan campuran
tersebut ke dalam rongga perut pasien. Proses ini perlu dilakukan satu jam
sebelum pemeriksaan pencitraan.
-
Pasien diminta untuk berjalan
untuk memastikan penyebaran cairan yang merata di bagian rongga perut.
-
Setelah itu, pasien diminta untuk
berbaring di tempat yang disediakan.
-
Setelah berbaring, dokter dapat
melakukan pemeriksaan pencitraan dengan CT scan.
-
Jika hasilnya negatif, pemeriksaan
pencitraan perlu diulangi empat jam setelah menjalani prosedur sebelumnya.
-
Pasien juga mungkin diminta untuk
ganti posisi jika hasil pemeriksaan sebelumnya tidak tampak jelas.
- Setelah melakukan prosedur tersebut, dokter mengeluarkan campuran antara cairan dialisat dan zat pewarna kontras dari rongga perut pasien.
Hasil Prosedur Peritoneography
Hasil CT peritoneography dapat membantu dokter mengetahui jika pasien terkena komplikasi setelah melakukan prosedur medis tersebut. Jika pasien terkena komplikasi, maka hasil peritoneography tidak normal. Oleh karena itu, dokter perlu melakukan pengobatan terhadap pasien. Pengobatan dapat dilakukan berdasarkan jenis komplikasi yang dialami pasien.
Komplikasi
Peritoneography bisa menimbulkan komplikasi berupa peritonitis. Peritonitis merupakan peradangan yang terjadi di bagian rongga perut. Selain peritonitis, komplikasi lainnya bisa berupa gangguan pada kateter cuci darah, kebocoran pada cairan dialisat, dan hernia.
Kesimpulan
Peritoneography merupakan salah satu prosedur medis yang perlu dilakukan dokter jika pasien mengalami gangguan seperti kebocoran cairan di bagian punggung atau panggul. Prosedur peritoneography meliputi campuran antara zat pewarna kontras dan cairan dialisat yang akan dimasukkan ke dalam rongga perut pasien. Prosedur ini membutuhkan waktu yang singkat, yakni satu jam. Meskipun demikian, pasien yang menerima hasil negatif perlu mengulangi prosedur yang sama. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh komplikasi yang dialami pasien seperti kebocoran pada cairan dialisat.
No comments: