Ibu Menyusui Makan Nanas: Adu Manfaat & Efek Sampingnya!

Nanas adalah salah satu buah-buahan yang paling populer di dunia. Sensasi segar ketika memakannya membuat nanas banyak digemari. Apalagi, nanas termasuk buah yang versatile karena bisa diolah atau dicampur dengan beragam makanan. Namun, kenyataan itu tak membuat posisi nanas sekonyong-konyong menjadi “mapan”. Banyak mitos atau anggapan buruk terhadap buah ini, mitos yang paling mencolok selain dapat menggugurkan kandungan adalah ibu menyusui makan nanas bisa menimbulkan beberapa masalah kesehatan.

Mari menyikapi narasi itu dengan bijak. Maksudnya, idealnya kita harus menimbang kondisi ini dari beberapa sisi yang berbeda. Oke, anggaplah itu hanya sebuah mitos. Akan tetapi, apakah sekonyong-konyong faktanya lantas berbeda?

Di sini, menarik untuk mengomparasi antara manfaat dan efek samping yang bisa ditimbulkan nanas jika dikonsumsi oleh ibu menyusui. Hasilnya, tentu dapat membantu ibu menyusui untuk membuat sebuah kesimpulan yang bijak, tetap mengonsumsi nanas atau malah meninggalkannya jauh-jauh. 

Dengan begitu, langkah yang kita ambil akan begitu substansial, bukan sekadar didasari oleh anggapan-anggapan atau mitos belaka. Terdengar hebat, bukan?

Baiklah, mari kita mulai membahas persoalan ibu menyusui makan nanas ini dari sisi manfaatnya terlebih dahulu:

Menurut seorang ahli gizi, nanas memiliki beragam kandungan nutrisi untuk tubuh. Memakan dua porsi nanas per hari sangat penting untuk membantu penambahan nutrisi penting bagi para ibu menyusui. Artinya, nanas yang dikonsumsinya itu akan bermuara pada asupan yang didapat baik bagi ibu maupun bayinya.

Di dalam nanas terdapat senyawa antiemetic dan diuretic yang sangat bermanfaat bagi ibu menyusui. Lebih lanjut, mengonsumsi nanas secara teratur diketahui akan membawa pengurangan dalam rasa sakit yang dialami pada sendi dan otot tubuh. Selain itu nanas efektif dalam mempercepat periode pemulihan.

Nanas juga membantu seseorang dalam merangsang proses pencernaan dan mengobati berbagai gangguan lambung serta sembelit. Mengonsumsi nanas pun dapat membantu mengendalikan hipertensi dengan mengencerkan volume darah serta menghilangkan bekuan darah, dan membuat jantung tetap dalam kondisi optimal.

Namun, menurut para ahli ibu menyusui makan nanas baru benar-benar aman ketika usia bayi melewati 5 atau 6 bulan. Pasalnya, kondisi tubuh bayi, utama sistem kekebalan dan pencernaannya, yang belum mencapai usia tersebut belum benar-benar matang.

Rasa masam yang dominan dari nanas yang digadang-gadang menjadi penyebab terciptanya berbagai kemungkinan buruk bagi tubuh bayi. Rasa masam tersebut berasal dari asam sitrat. Masalahnya, ASI yang mengandung asam sitrat tinggi akan berdampak pada saluran pencernaan bayi. ASI yang sifatnya terlalu asam akibat kandungan asam sitrat dari nanas akan meningkatkan keasaman feses bayi. Hal ini ditandai dengan kadar pH feses yang menjadi lebih rendah.

Rupanya, feses bayi yang asam mampu mengiritasi kulitnya. Efeknya, dubur bayi pun kemerahan setiap kali habis BAB dan mengalami ruam popok. Bahkan, sebuah studi menemukan kandungan asam sitrat juga menimbulkan dermatitis atopik (eksim) dan masalah pada pencernaan bayi.

Sebenarnya, apa yang selama ini diperdebatkan soal ibu menyusui makanan nanas hanya sebatas itu. Manfaat yang diberikan nanas cenderung hanya mengakomodir tubuh ibu. Sementara efek buruknya lebih dapat dirasakan oleh si bayi.

Artinya, ibu menyusui makan nanas sebenarnya tidak akan membuat ibu kenapa-napa. Pun, ibu menyusui makanan nanas tak memberikan manfaat berarti bagi bayi. Dengan begitu, Anda mungkin bisa menentukan sendiri mana yang menurut Anda paling baik bagi diri sendiri maupun bagi bayi yang tengah Anda susui.

Namun, jika ingin sekali makanan nanas karena ini adalah salah satu buah favorit Anda, sebenarnya tidak masalah, kok. Namun, biar bagaimanapun Anda harus ingat bahwa semua yang berlebihan tentu akan membawa dampak buruk. Jika begitu, ibu menyusui makan nanas adalah soal pilihan yang dipengaruhi oleh ego. Dan jawabannya hanya Anda yang bisa menemukan sendiri.