Mengenal Chancroid, Penyakit Menular Seksual Berisiko HIV

Mengenal Chancroid, Penyakit Menular Seksual Berisiko HIV

Chancroid merupakan jenis penyakit menular seksual yang penyebabnya adalah bakteri Haemophilus ducreyi. Bakteri ini akan menyerang jaringan genital, sehingga menghasilkan luka yang disebut dengan chancroid. 

Luka tersebut akan mengeluarkan cairan berupa nanah yang dapat menularkan penyakit saat Anda berhubungan seksual, baik itu melalui oral, anal, atau vagina. Tidak hanya hubungan seksual, penularan chancroid juga bisa terjadi melalui kontak dari kulit ke kulit.

Gejala chancroid

Sebagian besar penderita chancroid mulai mengalami gejala-gejala di antara 3 – 10 hari setelah terinfeksi. Namun, beberapa orang juga mungkin tidak memiliki gejala chancroid yang terlihat. Gejala chancroid yang paling umum adalah:

  • Munculnya benjolan merah dan menyakitkan di daerah genital yang menjadi borok atau luka terbuka.
  • Pangkal luka tampak abu-abu atau kuning.
  • Luka chancroid mungkin terasa menyakitkan pada pria, tetapi kurang terlihat dan menyakitkan pada wanita.
  • Gejala lainnya yang mungkin terjadi, meliputi:
  • Uretritis (radang uretra).
  • Keputihan abnormal.
  • Nyeri dan perdarahan pada luka.
  • Disuria yang disebabkan oleh peradangan uretra.

Faktor risiko

Seseorang berisiko mengalami chancroid apabila melakukan kontak seksual dengan individu yang terinfeksi H. ducreyi. Organisme ini sangat menular, tetapi biasanya tidak menginfeksi kulit seseorang yang utuh. Diduga, bakteri tersebut masuk ke inang melalui kerusakan mikroskopis ke dalam kulit saat melakukan hubungan seksual. Kondisi ini lebih sering didiagnosis pada pria heteroseksual daripada pada wanita, terutama pria yang tidak disunat.

Bagaimana chancroid didiagnosis?

Diagnosis chancroid ditetapkan dengan mengisolasi bakteri Haemophilus ducreyi dalam kultur dari ulkus kelamin. Tidak jarang, penyakit ini disalah artikan sebagai sifilis, herpes, atau limfogranuloma venereum. Pewarnaan gram untuk mengidentifikasi bakteri H. ducreyi mungkin dilakukan, tetapi bisa ambigu hasilnya, karena organisme lain juga dapat ditemukan di sebagian besar tukak kelamin. Oleh karena itu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk memastikan kondisi Anda.

Apa pengobatan untuk chancroid?

Pengobatan chancroid dilakukan untuk menyembuhkan infeksi, mengatasi gejala klinis, dan mencegah penularan infeksi ke orang lain. Dalam kasus yang lebih serius, jaringan parut bisa saja terbentuk, tetapi dapat diatasi dengan terapi medis.

Umumnya, obat yang diberikan adalah antibiotik, meliputi:

  • Azitromisin 1 g per oral.
  • Ceftriaxone 250 mg intramuskular (IM).
  • Ciprofloxacin 500 mg per oral.
  • Erythromycin 500 mg per oral.

Dokter Anda mungkin akan menginstruksikan beberapa hal selama pengobatan, meliputi:

  • Diperiksa kembali 3 – 7 hari setelah terapi awal. 
  • Jika pengobatan berhasil, ulkus biasanya membaik dalam 3 – 7 hari setelah terapi. 

Jika tidak ada perbaikan klinis, maka dokter harus mempertimbangkan apakah:

  • Diagnosis sudah benar.
  • Pasien mengalami koinfeksi dengan PMS lain.
  • Pasien terinfeksi HIV.
  • Pengobatan tidak sesuai petunjuk.
  • Strain H. ducreyi yang menyebabkan infeksi resisten terhadap antibiotik yang diresepkan. 

Mengapa chancroid perlu diwaspadai?

Penyakit menular seksual ini perlu Anda waspadai dan harus segera diobati. Pasalnya, chancroid telah dikenal sebagai kofaktor penularan penyakit HIV. Selain itu, orang yang menderita HIV mungkin butuh waktu lebih lama untuk bisa sembuh dari chancroid. Jika minum obat-obatan, penderita akan mengonsumsinya dalam jangka waktu yang lebih lama. 

Komplikasi dari chancroid, meliputi:

  • Infeksi kelenjar getah bening di selangkangan dalam waktu 5 – 8 hari sejak luka muncul.
  • Kelenjar di satu sisi akan membesar, keras, terasa nyeri, dan bergabung membentuk bubo (BEW-bo), yaitu peradangan dan pembengkakan pada satu atau lebih kelenjar getah bening dengan kulit merah di atasnya. Drainase bedah bubo mungkin diperlukan untuk menghilangkan rasa sakit.
  • Adanya gelembung pecah yang rentan terhadap infeksi bakteri.
  • Pada pria yang tidak disunat, jaringan parut baru yang terbentuk dapat menyebabkan phimosis, sehingga kulup tidak dapat ditarik kembali ke atas kepala penis. Sunat mungkin diperlukan untuk mengatasinya.

Untuk mencegahnya, Anda dapat menggunakan kondom saat berhubungan seksual, tetapi ini tidak mampu melindungi area kulit yang tidak tertutup kondom. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik jika Anda tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu ketika mengalami chancroid. 

Jika Anda mengalami gejala chancroid setelah berhubungan seksual, maka segeralah berobat ke dokter sebelum infeksi menjalar ke bagian tubuh Anda yang lain atau menularkannya ke pasangan Anda. 

Mengenal Chancroid, Penyakit Menular Seksual Berisiko HIV Mengenal Chancroid, Penyakit Menular Seksual Berisiko HIV Reviewed by SehatQ on October 14, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.