Tunanetra merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang tidak dapat melihat. Tunanetra juga bisa disebut dengan kebutaan yang merupakan ketidakmampuan untuk melihat apapun, termasuk cahaya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat dalam beberapa kasus dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat. Namun, ada juga beberapa kondisi kebutaan yang tidak dapat diobati. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mengetahui macam-macam penyebab kebutaan dan pencegahannya.
Gejala Kebutaan
Kebutaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu buta sebagian dan buta total. Berbeda dengan buta total yang sama sekali tidak dapat melihat objek dan cahaya, penderita buta sebagian dapat melihat objek tertentu dan memiliki gejala yaitu:
hanya mampu melihat objek dalam bentuk bayangan
penglihatan seperti seolah-olah berawan, mendung, atau berkabut
ketidakmampuan mata untuk melihat bentuk suatu objek
penglihatan malam yang buruk
Bagaimana Kebutaan Didiagnosis?
Pemeriksaan mata menyeluruh oleh dokter mata akan membantu menentukan penyebab utama dari kebutaan yang dialami penderita. Selain itu, melakukan pemeriksaan juga dapat mengetahui jenis kebutaan yang diderita. Dengan begitu, dokter dapat memberikan perawatan dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Umumnya, dokter akan memeriksa Anda dengan serangkaian tes untuk melihat dan mengukur:
kejelasan visi (penglihatan) Anda
fungsi otot mata
bagaimana reaksi pupil Anda terhadap cahaya
Selain itu, dokter juga akan memeriksa kesehatan mata menggunakan slit lamp. Alat ini adalah mikroskop dengan daya rendah yang dipasangkan cahaya berintensitas tinggi.
Mendiagnosis Kebutaan Pada Bayi
Setelah bayi dilahirkan, biasanya seorang dokter anak akan memeriksa mata bayi Anda. Lakukanlah pemeriksaan rutin ke dokter saat anak menginjak usia 6 bulan untuk memeriksa ketajaman visual, fokus mata, dan keselarasan mata.
Selama pemeriksaan, dokter akan melihat struktur mata bayi Anda dan melihat apakah anak Anda dapat mengikuti objek yang terang atau berwarna-warni dengan mata mereka. Pada kondisi yang normal, bayi berusia 6-8 bulan sudah dapat merespon rangsangan visual.
Gangguan penglihatan pada anak juga dapat dideteksi sejak usia dini, yaitu 2 hingga 3 bulan. Jika anak Anda tidak bereaksi terhadap cahaya atau benda berwarna-warni pada usia 2 hingga 3 bulan, segera periksakan ke dokter. Perhatikan juga apakah mata anak Anda terlihat juling atau ada gejala gangguan penglihatan lainnya dan diskusikan kondisi ini dengan dokter Anda.
Penyebab Kebutaan
Kebutaan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis tertentu, seperti:
Degenerasi makula
Katarak
Mata malas
Neuritis optik
Glaukoma
Retinitis pigmentosa
Tumor
Komplikasi potensial (diabetes, stroke)
Cacat lahir
Stroke
Cedera mata
Komplikasi dari operasi mata
Kecelakaan
Selain itu, beberapa kondisi medis tertentu dapat menyebabkan kebutaan pada bayi, meliputi:
infeksi mata
saluran air mata tersumbat
strabismus (mata juling)
ambliopia (mata malas)
ptosis (kelopak mata turun)
glaukoma kongenital
ROP (retinopathy of prematurity), yang rentan terjadi pada bayi yang terlahir prematur
cacat lahir
keterlambatan perkembangan sistem visual
Mencegah Kebutaan
Untuk mendeteksi penyakit mata dan mencegah kebutaan, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan mata secara teratur. Jika Anda menerima diagnosis kondisi mata tertentu, seperti glaukoma, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter mengenai perawatan dan pengobatan yang tepat.
Selain itu, untuk membantu mencegah kehilangan penglihatan sejak dini, American Optometric Association merekomendasikan Anda memeriksakan mata anak mulai dari usia:
6 bulan
3 tahun
setiap tahun antara 6-17 tahun
Jika Anda melihat anak mengalami gejala menurunnya daya penglihatan, segera periksakan diri ke dokter mata.
Pengobatan
Pada kasus kebutaan total sulit untuk disembuhkan, terkecuali dengan operasi. Sementara itu, penderita gangguan penglihatan (yang belum masuk ke dalam tahap kebutaan) masih dapat diobati atau diatasi dengan beberapa cara, yaitu:
menggunakan kacamata
menggunakan lensa kontak
operasi mata
pengobatan rutin.

No comments: