Sudah pernah mendengar mengenai penyakit legg-calve-perthes? Anda mungkin masih terkesan asing dengan jenis penyakit tulang yang satu ini. Namun jika Anda sering melihat anak-anak yang berjalan pincang karena salah satu kakinya tumbuh lebih pendek, itulah yang sejatinya menjadi akibat dari penyakit ini.
Keluhan utama pada penderita penyakit legg-calve-perthes adalah sakit pada bagian salah satu sendi pinggul. Rasa sakit timbul karena tidak tersuplainya kepala tulang sendi oleh aliran darah dengan baik. Rasa nyeri umumnya akan menjalar hingga ke bagian paha dan lutut penderita.
Banyak fakta yang tidak terduga dari jenis penyakit yang satu ini. Berikut adalah beberapa fakta mengenai penyakit legg-calve-perthes yang sebaiknya Anda ketahui.
Penyakit Langka
Anda mungkin sedikit berpikir mengenai jarangnya Anda mendapatkan informasi mengenai penyakit legg-calve-perthes. Hal ini wajar saja sebab masalah tulang yang menyerang bagian sendi pinggul ini tergolong penyakit langka. Prevalensi anak yang terkena penyakit legg-calve-perthes hanyalah 1 banding 10.000 anak.
Usia Rentan
Penyakit legg-calve-perthes umumnya menyerang anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Namun sebenarnya, Anda mulai bisa mengenali penyakit ini jauh sebelum itu. Anak-anak usia 4—8 tahun biasanya menjadi kelompok usia yang paling rentan menderita penyakit tulang ini. Pada usia tersebut, anak akan mulai mengeluhkan rasa nyeri di bagian pinggul dan paha yang merupakan gejala dari penyakit legg-calve-perthes.
Laki-laki Lebih Banyak
Anak laki-laki memiliki risiko lebih mudah mengalami penyakit legg-calve-perthes dibandingkan anak perempuan. Hal ini dengan mempertimbangkan rasio dari penderita legg-calve-perthes yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan. Didapati fakta, penderita penyakit legg-calve-perthes laki-laki jumlahnya 5 kali lipat dibandingkan penderita yang berjenis kelamin perempuan.
Serang Kaukasia
Ada sebuah fakta cukup menarik mengenai persentase penderita penyakit legg-calve-perthes jika dilihat dari ras dan area tempat tinggalnya. Anak-anak dengan ras kaukasia lebih banyak yang terserang penyakit ini dibandingkan orang-orang di Asia, Afrika, maupun Amerika. Faktor wilayah daratan Eropa yang menjadi pemukiman ras kaukasia menjadi penyebabnya. Ini karena kebanyakan kasus penyakit legg-calve-perthes berasa dari daerah yang tidak terkena atau jauh dari garis khatulistiwa.
Berat Badan Rendah
Risiko potensi terkenanya seorang anak terhadap penyakit legg-calve-perthes sangat ditentukan ketika ia lahir. Anak-anak dengan berat badan rendah di bawah 2.500 gram cenderung lebih berisiko mengalami penyakit ini dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan cukup berat dari batas normal. Kondisi ini pulalah yang membuat bayi-bayi yang lahir prematur dengan berat badan yang rendah menjadi lebih rentan mengalami penyakit legg-calve-perthes pada masak kanak-kanaknya.
Berpengaruh 2 Pinggul
Tersumbatnya aliran darah pada penyakit legg-calve-perthes umumnya hanya terjadi di salah satu kepala tulang sendi pinggul. Kondisi inilah yang akhirnya membuat masalah nyeri hingga pemendekan kaki juga hanya terjadi di salah satu sisi tubuh. Namun diketahui faktor, ada sekitar 10—12 persen penderita penyakit ini yang merasakan gejala di kedua pinggulnya dalam waktu yang bersamaan.
Osteoartritis Dini
Jika penderita penyakit legg-calve-perthes terlambat ditangani, ia akan lebih mudah mengalami osteoartritis lebih awal. Osteoarthritis merupakan kondisi peradangan kronis pada sendi akibat kerusakan tulang lawan. Penyakit ini biasanya menyerang orang-orang berusia lanjut, khususnya wanita yang sudah memasuki masa menopause. Akan tetapi pada penderita penyakit legg-calve-perthes, masalah peradangan kronis ini dapat terjadi lebih dini. Setidaknya, 50 persen penderita penyakit legg-calve-perthes pada akhirnya mengalami osteoartritis lebih cepat.
Jika Anda mencurigai anak mengalami penyakit legg-calve-perthes, segeralah membawanya ke dokter. Bahkan ketika anak Anda cepat ditangani, setidaknya diperlukan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kondisinya menjadi sempurna kembali.
No comments: