Seiring bertambahnya usia, risiko osteoporosis dan patah tulang semakin meningkat. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan penurunan produksi kolagen serta hormon androgen dan estrogen yang berfungsi meregenerasi jaringan tulang.
Melakukan perawatan dengan obat-obatan adalah salah satu bagian terpenting yang harus dilakukan. Sayangnya, sulit memilih obat patah tulang di apotik yang tepat dengan kondisi pasien.
Mengonsumsi obat resep yang tidak tepat meningkatkan risiko efek samping dan komplikasi.
Memilih obat patah tulang yang tepat untuk orang lanjut usia
Untuk menentukan jenis dan dosis obat patah tulang untuk lanjut usia, dokter akan mempertimbangkan efek farmakokinetik dan farmakodinamik.
Farkmakokinetik berkaitan dengan kemampuan fungsi tubuh dalam menyerap, mengolah, dan mengeluarkan sisa obat yang tergantung pada usia pasien. Sementara efek farmakodinamik adalah efek yang dihasilkan dari obat tersebut.
Penyebab osteoporosis dan patah tulang pada lanjut usia
Peningkatan risiko osteoporosis dapat diprediksi sejak usia muda. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan jarang berolahraga menghasilkan dampak kesehatan jangka panjang, terutama pada kesehatan tulang.
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko patah tulang di usia lanjut.
Pilihan obat patah tulang di apotik untuk lansia
Mengonsumsi obat khusus perawatan osteoporosis dapat mencegah risiko tulang keropos dan patah tulang. Berikut ini beberapa obat patah tulang di apotik yang umum diresepkan untuk mengatasi osteoporosis:
Bifosfonat
Menurut sebuah penelitian, bifosfonat terbukti mengurangi risiko patah tulang akibat osteoporosis sebesar 60%. Obat bifosfonat berkerja mengurangi aktivitas osteoklas, yang dikaitkan dengan memperlambat regenerasi tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang.
Bifosfonat terdiri dari beberapa jenis dengan dosis dan petunjuk penggunaan yang berbeda. Fosamax (alendronate) dan Actonel (risedronate) dapat dikonsumsi setiap hari, sedangkan sedangkan Boniva (ibandronate) dikonsumsi sebulan sekali.
Bifosfonat jenis Reclast (asam zoledronat) dikonsumsi setiap tahun untuk mengobati osteoporosis dan dua tahun sekali untuk mencegahnya.
Namun penggunaan obat jenis ini harus sangat berhati-hati dan sesuai dengan petunjuk dokter karena memiliki efek samping seperti nyeri sendi, mulas, dan pada kasus yang jarang menyebabkan nekrosis rahang dan patah tulang femur (fraktur femur atipikal).
Hormon paratiroid
Hormon paratiroid diberikan secara injeksi setiap hari selama 8 bulan hingga 2 tahun untuk membantu tubuh meningkatkan regenerasi dan kepadatan tulang. Hormon paratiroid jenis Forteo (teriparatide) dan Tymlos (abaloparatide) umum diresepkan untuk mencegah tulang keropos dan patah tulang.
Hingga kini belum diketahui keamanan konsumsi obat ini dalam jangka panjang. Dalam uji coba pada hewan, suntik hormon paratiroid dalam jangka waktu yang lama meningkatkan risiko kanker tulang.
Maka dari itu diperlukan lebih banyak penelitian untuk menguji keamanan obat ini pada manusia.
Hormon estrogen
Mengonsumsi suplemen atau injeksi hormon estrogen seringkali digunakan untuk mengobati hot flashes pada wanita menopause. Nyatanya hormon ini juga berperan penting dalam mencegah patah tulang.
Terapi obat yang mengandung hormon estrogen merupakan salah satu obat patah tulang di apotik yang disetujui oleh Badan Obat dan Pengawas Makanan Amerika Serikat (US Food and Drug Administration/FDA).
Obat ini disarankan hanya digunakan oleh wanita, karena dapat menyebabkan ginekomastia pada pria.
Namun, wanita yang mengonsumsi hormon estrogen dalam jangka panjang berisiko terkena kanker payudara, penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembekuan darah. Untuk itu disarankan mengonsumsi hormon estrogen dalam jangka pendek.
Sebelum menggunakan obat patah tulang di apotik, ada baiknya mempertimbangkan kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan obat resep yang sesuai dengan kondisi Anda.
No comments: